“Ini pesta yang hebat
Lily!” erang Ann, merasa sangat bahagia, aku tertawa, menatap sekitar, benar,
ini pesta yang hebat.
Akhirnya hari ini tiba
juga, setelah aku dan Akira bekerja keras. Benar, aku dan Akira. Akira membantu
banyak dalam menyelenggarakan pesta ini, seminggu terakhir dia terus datang
tiap sore dan membantuku, jika tidak mengurus peternakan, dia akan membantuku
mendekorasi tempat pesta, memasang lampu-lampu, pita, dan apa saja yang bisa
dilakukannya. Sehari sebelum pesta dimulai, kami berdua mulai memasukkan
binatang-binatang ternak kami ke dalam kandang, ada sedikit peristiwa saat itu,
Barcelona, salah satu sapiku, tiba-tiba saja mengamuk dan sialnya Akira berada
di dekat situ, kaki Akira menjadi korban tendangan si sapi, tendangan itu cukup
untuk membuatnya pincang hari ini.
Aku melihat sekeliling
lagi, mencari Akira, tak perlu waktu yang lama, aku sudah menemukan dia bersama
Elli, sepertinya Elli akan memeriksa kaki Akira lagi, aku baru saja akan
menghampiri mereka, ketika Popuri memanggilku.
“Lily, airnya habis,
apakah kau masih punya cadangan?”
“Eh? Oh, iya, aku masih
punya, tunggu sebentar” aku bergegas masuk ke dalam rumah, dan segera mengambil
persediaan air di kulkas, baru saja aku akan membuka pintu dan keluar, saat aku
mendengar suara Karen, berbicara sesuatu, entah apa yang mendorongku, aku
berdiam diri, mencoba mendengarkan.
“Elli sangat hebat berakting sepertinya”
“Berakting? Maksudmu?” Itu suara Mary.
“Well, kau masih ingat bukan, saat aku bercerita pada kalian
semua-kecuali Lily tentu saja, bahwa aku melihat Elli menangis, karena hari itu
dia mendengar pengakuan Akira bahwa Akira ternyata mencintai Lily, hari itu
tepat hari Lily jadian dengan si dokter itu”
“Jadi maksudmu-“ Mary sepertinya bisa mengerti dengan cepat. “Elli sangat hebat berakting, karena dia,
bersikap seakan dia tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Akira? Mengobrol
seperti biasa dengan Akira, atau dengan dengan Lily, seakan dia juga tak pernah
tahu bahwa Akira pernah menyatakan perasaannya terhadap Lily di depan Elli
sendiri?”
“Kau benar”
“Aku lebih berpikir sepertinya Elli sudah menerima
segalanya....”
“Jangan bodoh Mary, kita semua tahu-kecuali lagi-lagi Lily,
bahwa Akira itu cinta pada pandangan pertama Elli sejak Akira datang ke sini
dulu.. kau masih ingat bukan, dia yang pertama kali merasakan cinta padahal
kita masih remaja, aku yakin dia akan sangat sulit melupakannya, menerima
segalanya, apalagi secara tiba-tiba begini...”
“Um.. walau aku benci mengakuinya, sepertinya kau benar..
dan, apa kau setuju dengan hubungan Lily dan Akira?”
“Mereka cocok saja menurutku, mereka terlihat... yah, seperti
pasangan yang benar-benar muda jika mereka sudah berdua, bertatap penuh cinta,
tertawa bersama, bagaimana Akira memperlakukan Lily.. aku pernah melihat
mereka, sangat sangat romantis.. Aku ingin tahu bagaimana pendapat Elli,
membencinya, kurasa..”
“Sikap Elli berubah saat Lily tak berada di sekitar mereka,
kau lihat?”
“Ya, apa Akira menyadarinya?”
Mereka diam lama, aku
memutuskan ini saatnya aku membuka pintu.
“Ssssejak kapan kau ada
di dalam sana?” tanya Karen, mereka berdua benar-benar terlonjak saat aku
membuka pintu. Aku pura-pura bingung.
“Sejak tadi, aku
membuat minuman” aku menunjukkan minuman yang sebenarnya sudah ku buat sejak
sore.
“Apa kau mendengar
pembicaraan kami?” tanyanya gugup, aku menaikkan sebelah alisku.
“Pembicaraan? Tidak,
memangnya pembicaraan apa? Jangan-jangan...” aku berpura-pura syok. “Kalian
membicarakanku?”
Karen dan Mary terlihat
sangat lega.
“Ya, kami membicarakan
segala keburukanmu” balas Karen, menyeringai.
“Aku tak yakin kau
membicarakan keburukanku, kau tak akan seberterus terang itu jika kau memang
membicarakanku...”
“Memang tidak
sebenarnya, tapi kau tak boleh mengetahuinya, sebenarnya, ini beberapa
rahasiaku.. kau serius tidak mendengarkan?”
“Tidak tidak, tetapi
apa kau mau memberitahuku rahasiamu?”
“Tentu saja tidak!”
tukas Karen, aku tertawa setengah terpaksa, kemudian pergi menuju meja tempat disimpannya
minuman, ah, Karen sangat hebat berbohong.
Tiba-tiba aku tidak
lagi menikmati pesta. Pesta ini terasa suram dan membosankan, ingin sekali aku
cepat menyelesaikannya.
Saat tahu ternyata Elli
mencintai Akira sejak dulu hingga sekarang membuatku sedih, gelisah, kecewa,
takut, marah, dan banyak hal lainnya menjadi satu. Di sisi lain aku merasa
bersalah karena merebut Akira begitu saja dari Elli, tanpa aling-aling. Tetapi
aku juga membencinya, atau lebih ke perasaan takut kurasa, takut kehilangan Akira,
benci dengan Elli yang sok bersahabat padahal mungkin saja dia membenciku.
Sepanjang pesta, aku
merasa amat gelisah, begitu banyak pertanyaan di dalam pikiranku, di tambah
lagi Elli yang terus menerus di samping Akira membuatku cemas, aku hanya
berharap para undangan tak menyadari kegelisahanku.
Untunglah, begitu
banyak yang mengajakku mengobrol hingga tak terasa sudah hampir tengah malam
dan pesta pun bubar, yang terakhir pulang adalah Akira, sebelumnya Elli, yang
bersikeras menemaninya karena kakinya yang masih sakit.
"Apa kamu butuh
bantuan mengemaskan sisa-sisa pesta?" tanya Akira, aku menggeleng.
"Besok saja kamu
mengemaskannya, malam ini istirahatlah yang cukup" kali ini aku
mengangguk, menatap mata hitamnya, dan tiba-tiba saja aku kembali memikirkan
percakapan Karen dan Mary, bagaimana jika nanti Elli berhasil merebut Akira?
Bagaimana jika Akira akhirnya jatuh cinta dan mencampakkanku? Aku merasa
sekarang Akira jauh sekali dari genggamanku, betapa mudahnya dia akan lepas
dari sisiku, meninggalkanku, apa yang harus aku lakukan nanti?
"Lily?! Kenapa
kamu tiba-tiba menangis?" terdengar suara Akira samar, apakah aku tadi
melamun hingga mengeluarkan air mata memikirkan option itu? Aku menyeka mata,
benar, ada air mata.
"A-aku, tidak
apa-apa, aku hanya tiba-tiba terpikir hal yang sedih" bisikku pelan,
tersendat.
"Lily.. Sejujurnya
dari tadi saya melihatmu seperti sedang gelisah, ada apa? Ceritalah padaku,
sayang" ujarnya lembut sambil mengelus rambutku.
Aku menggeleng kuat,
menahan tangannya yang sedang mengelus rambutku.
"Tidak ada masalah
apapun Akira, sungguh, aku memang terkadang menangis tiba-tiba jika memikirkan
hal yang sedih."
"Apa yang kamu
pikirkan?"
"Ssesuatu..maksudku,
aku teringat salah satu film yang pernah kutonton, tentang bagaimana tokoh utama
membuat pesta besar seperti ini, dimana teman-temannya tidak tahu bahwa itu
adalah pesta perpisahan, karena esoknya si tokoh utama meninggal"
karangku, bahkan sejujurnya aku tak pernah melihat ataupun mendengar film yang
beralur seperti itu. Kemudian aku cepat-cepat menambahkan. "Film itu
sangat sedih, kau tahu"
Akira menaikkan
alisnya, tapi lantas tersenyum. "Baiklah, tidur yang nyenyak ya, saya
pulang dulu"
"Hati-hati"
"Hmm" Akira
melambai sambil berjalan hingga hilang dalam kepekatan malam, aku menghela
nafas, syukurlah Akira tidak bertanya apa-apa lagi, walaupun aku tahu dia tidak
akan begitu saja percaya.
....
Akira, maafkan aku.
***