RSS

Desa Mineral -14-

“Ini pesta yang hebat Lily!” erang Ann, merasa sangat bahagia, aku tertawa, menatap sekitar, benar, ini pesta yang hebat.
Akhirnya hari ini tiba juga, setelah aku dan Akira bekerja keras. Benar, aku dan Akira. Akira membantu banyak dalam menyelenggarakan pesta ini, seminggu terakhir dia terus datang tiap sore dan membantuku, jika tidak mengurus peternakan, dia akan membantuku mendekorasi tempat pesta, memasang lampu-lampu, pita, dan apa saja yang bisa dilakukannya. Sehari sebelum pesta dimulai, kami berdua mulai memasukkan binatang-binatang ternak kami ke dalam kandang, ada sedikit peristiwa saat itu, Barcelona, salah satu sapiku, tiba-tiba saja mengamuk dan sialnya Akira berada di dekat situ, kaki Akira menjadi korban tendangan si sapi, tendangan itu cukup untuk membuatnya pincang hari ini.
Aku melihat sekeliling lagi, mencari Akira, tak perlu waktu yang lama, aku sudah menemukan dia bersama Elli, sepertinya Elli akan memeriksa kaki Akira lagi, aku baru saja akan menghampiri mereka, ketika Popuri memanggilku.
“Lily, airnya habis, apakah kau masih punya cadangan?”
“Eh? Oh, iya, aku masih punya, tunggu sebentar” aku bergegas masuk ke dalam rumah, dan segera mengambil persediaan air di kulkas, baru saja aku akan membuka pintu dan keluar, saat aku mendengar suara Karen, berbicara sesuatu, entah apa yang mendorongku, aku berdiam diri, mencoba mendengarkan.
“Elli sangat hebat berakting sepertinya”
“Berakting? Maksudmu?” Itu suara Mary.
“Well, kau masih ingat bukan, saat aku bercerita pada kalian semua-kecuali Lily tentu saja, bahwa aku melihat Elli menangis, karena hari itu dia mendengar pengakuan Akira bahwa Akira ternyata mencintai Lily, hari itu tepat hari Lily jadian dengan si dokter itu”
“Jadi maksudmu-“ Mary sepertinya bisa mengerti dengan cepat. “Elli sangat hebat berakting, karena dia, bersikap seakan dia tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Akira? Mengobrol seperti biasa dengan Akira, atau dengan dengan Lily, seakan dia juga tak pernah tahu bahwa Akira pernah menyatakan perasaannya terhadap Lily di depan Elli sendiri?”
“Kau benar”
“Aku lebih berpikir sepertinya Elli sudah menerima segalanya....”
“Jangan bodoh Mary, kita semua tahu-kecuali lagi-lagi Lily, bahwa Akira itu cinta pada pandangan pertama Elli sejak Akira datang ke sini dulu.. kau masih ingat bukan, dia yang pertama kali merasakan cinta padahal kita masih remaja, aku yakin dia akan sangat sulit melupakannya, menerima segalanya, apalagi secara tiba-tiba begini...”
“Um.. walau aku benci mengakuinya, sepertinya kau benar.. dan, apa kau setuju dengan hubungan Lily dan Akira?”
“Mereka cocok saja menurutku, mereka terlihat... yah, seperti pasangan yang benar-benar muda jika mereka sudah berdua, bertatap penuh cinta, tertawa bersama, bagaimana Akira memperlakukan Lily.. aku pernah melihat mereka, sangat sangat romantis.. Aku ingin tahu bagaimana pendapat Elli, membencinya, kurasa..”
“Sikap Elli berubah saat Lily tak berada di sekitar mereka, kau lihat?”
“Ya, apa Akira menyadarinya?”
Mereka diam lama, aku memutuskan ini saatnya aku membuka pintu.
“Ssssejak kapan kau ada di dalam sana?” tanya Karen, mereka berdua benar-benar terlonjak saat aku membuka pintu. Aku pura-pura bingung.
“Sejak tadi, aku membuat minuman” aku menunjukkan minuman yang sebenarnya sudah ku buat sejak sore.
“Apa kau mendengar pembicaraan kami?” tanyanya gugup, aku menaikkan sebelah alisku.
“Pembicaraan? Tidak, memangnya pembicaraan apa? Jangan-jangan...” aku berpura-pura syok. “Kalian membicarakanku?”
Karen dan Mary terlihat sangat lega.
“Ya, kami membicarakan segala keburukanmu” balas Karen, menyeringai.
“Aku tak yakin kau membicarakan keburukanku, kau tak akan seberterus terang itu jika kau memang membicarakanku...”
“Memang tidak sebenarnya, tapi kau tak boleh mengetahuinya, sebenarnya, ini beberapa rahasiaku.. kau serius tidak mendengarkan?”
“Tidak tidak, tetapi apa kau mau memberitahuku rahasiamu?”
“Tentu saja tidak!” tukas Karen, aku tertawa setengah terpaksa, kemudian pergi menuju meja tempat disimpannya minuman, ah, Karen sangat hebat berbohong.
Tiba-tiba aku tidak lagi menikmati pesta. Pesta ini terasa suram dan membosankan, ingin sekali aku cepat menyelesaikannya.
Saat tahu ternyata Elli mencintai Akira sejak dulu hingga sekarang membuatku sedih, gelisah, kecewa, takut, marah, dan banyak hal lainnya menjadi satu. Di sisi lain aku merasa bersalah karena merebut Akira begitu saja dari Elli, tanpa aling-aling. Tetapi aku juga membencinya, atau lebih ke perasaan takut kurasa, takut kehilangan Akira, benci dengan Elli yang sok bersahabat padahal mungkin saja dia membenciku.
Sepanjang pesta, aku merasa amat gelisah, begitu banyak pertanyaan di dalam pikiranku, di tambah lagi Elli yang terus menerus di samping Akira membuatku cemas, aku hanya berharap para undangan tak menyadari kegelisahanku.
Untunglah, begitu banyak yang mengajakku mengobrol hingga tak terasa sudah hampir tengah malam dan pesta pun bubar, yang terakhir pulang adalah Akira, sebelumnya Elli, yang bersikeras menemaninya karena kakinya yang masih sakit. 
"Apa kamu butuh bantuan mengemaskan sisa-sisa pesta?" tanya Akira, aku menggeleng.
"Besok saja kamu mengemaskannya, malam ini istirahatlah yang cukup" kali ini aku mengangguk, menatap mata hitamnya, dan tiba-tiba saja aku kembali memikirkan percakapan Karen dan Mary, bagaimana jika nanti Elli berhasil merebut Akira? Bagaimana jika Akira akhirnya jatuh cinta dan mencampakkanku? Aku merasa sekarang Akira jauh sekali dari genggamanku, betapa mudahnya dia akan lepas dari sisiku, meninggalkanku, apa yang harus aku lakukan nanti?
"Lily?! Kenapa kamu tiba-tiba menangis?" terdengar suara Akira samar, apakah aku tadi melamun hingga mengeluarkan air mata memikirkan option itu? Aku menyeka mata, benar, ada air mata.
"A-aku, tidak apa-apa, aku hanya tiba-tiba terpikir hal yang sedih" bisikku pelan, tersendat.
"Lily.. Sejujurnya dari tadi saya melihatmu seperti sedang gelisah, ada apa? Ceritalah padaku, sayang" ujarnya lembut sambil mengelus rambutku.
Aku menggeleng kuat, menahan tangannya yang sedang mengelus rambutku.
"Tidak ada masalah apapun Akira, sungguh, aku memang terkadang menangis tiba-tiba jika memikirkan hal yang sedih."
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Ssesuatu..maksudku, aku teringat salah satu film yang pernah kutonton, tentang bagaimana tokoh utama membuat pesta besar seperti ini, dimana teman-temannya tidak tahu bahwa itu adalah pesta perpisahan, karena esoknya si tokoh utama meninggal" karangku, bahkan sejujurnya aku tak pernah melihat ataupun mendengar film yang beralur seperti itu. Kemudian aku cepat-cepat menambahkan. "Film itu sangat sedih, kau tahu" 
Akira menaikkan alisnya, tapi lantas tersenyum. "Baiklah, tidur yang nyenyak ya, saya pulang dulu"
"Hati-hati"
"Hmm" Akira melambai sambil berjalan hingga hilang dalam kepekatan malam, aku menghela nafas, syukurlah Akira tidak bertanya apa-apa lagi, walaupun aku tahu dia tidak akan begitu saja percaya.
....
Akira, maafkan aku.


***

0 komentar:

Posting Komentar