RSS

Desa Mineral -13-

Aku sudah mengirim surat kepada Kai, aku tahu dia pulang lusa, semoga saja dia menerima suratku dan sempat untuk membeli kembang api. Aku juga sudah membersihkan sebagian besar halaman rumahku, dan saat aku baru akan memerah susu sapi, tampak sosok Akira di depan pagar, membuatku berhenti menatapnya, heran.
“Ada apa kemari, Akira?” tanyaku saat dia sudah di depanku.
“Ingin membantu”
“Membantu?”
“Well, lebih tepatnya ingin bersamamu” ada secercah nada humor dalam suaranya, “Saya minta maaf tadi tidak mendengarmu berbicara, kesibukan benar-benar membuatku mengabaikanmu, jadi untuk menebusnya, saya akan membantumu bekerja hari ini, tidak masalahkan?”
Ternyata Akira sadar dia tidak mendengarkanku bicara.
Aku mengangguk, tersenyum.
“Kalau begitu, kita mulai darimana?” tanyanya, melihat sekeliling sambil melepaskan jas dokternya dan menggulung lengan kemejanya, membuat lengannya-yang ternyata berotot-terlihat. Aku langsung merasa pipiku panas, entah apa penyebabnya.
“Ggg-gantungkan saja jasmu di sana” aku menunjuk gugup paku yang tertancap di dinding. “Kita mulai dengan memerah susu sapi, kau siap?”
Akira terlihat ragu sebentar, tetapi kemudian mengangguk semangat, karena alat pemerah susu sapiku hanya ada satu, jadi aku memutuskan memakai ember saja, melakukannya secara manual, aku menarik Akira ke padang rumputku.
Are you ready, Akira?” aku menyeringai, dia mengangguk gugup.
 “Kamu gadis yang pintar Lily, gadis yang luar biasa, betapa beruntungnya saya mempunyai kamu, cantik, pintar, bisa mengurus ladang, dan banyaaak lagi”
Perkataannya membuatku malu, tetapi aku berusaha menguasai diri, segera menjawabnya, “Jangan seperti itu. Banyak orang-orang di kota sana yang lebih hebat dariku, lebih cantik dariku, dan memiliki segalanya”
“Saya tidak percaya” dia menjulurkan lidah padaku. “Kamu yang tercantik bagiku, kamu lebih cantik daripada siapapun yang ada di alam semesta ini”
“Jangan gombal begitu, Akira!” aku berusaha menimpuknya dengan ember yang masih kosong, tetapi dia sudah keburu lari, melihat itu, aku berusaha menyusulnya, alhasil kami jadi kejar-kejaran, sampai akhirnya, dengan tak terduga, Akira berbalik dan menangkapku yang masih lari berusaha mengejarnya, membuat kami jatuh bersama, dengan posisi aku di atas Akira.
Kami tertawa keras.
Astaga, ini nyaris seperti dongeng. Apakah Akira adalah pangeran negeri dongengku?
Tidak, dia datang dari dunia nyata dan akan membawaku ke dunia nyata.
“Hanya kamu yang pernah membuat saya sebahagia ini, sebelumnya hidupku hanya dipenuhi oleh kesibukan” bisiknya lembut di telingaku, sekarang dia mendudukkanku di pangkuannya dan memelukku erat dari belakang, sebenarnya, ini membuatku sangat malu, aku hanya berharap dia tidak mendengar detak jantungku yang begitu bertalu-talu.
“Senang mendengarnya..”
Aku bisa merasakan senyum Akira. Dia mengacak rambutku.
“Aku bahagia, sangat bahagia bisa bertemu denganmu, bisa berdua di padang rumputmu ini sore ini, dan bisa memelukmu eraaaaaaat sekali” sambil berkata begitu dia memelukku semakin erat.
“A-Akiraa-“
“Ssstt... dengarkan” dia meletakkan jarinya di bibirku, kemudian kami diam bersama-sama. Walaupun aku merasa bingung, apa yang harus di dengarkan?
“Detak jantungmu kuat sekali, tak beraturan, apa gara-gara saya?”
Oh! Ternyata!
“Jangan membuatku malu”
“Saya senang jika jantungmu berdetak lebih cepat gara-gara saya, kamu tidak perlu malu, sayang” kali ini dia mengelus pipiku sekilas, aku memejamkan mataku, menikmatinya.
“Saya mencintaimu, amat mencintaimu, dunia dan seisinya bahkan tidak cukup untuk menjumlahkan besarnya perasaanku padamu”
Astaga, panasnya wajahku mungkin bisa membakar seluruh hutan desa ini.
“J-jangan menggombal lagi Akira” balasku gugup.
“Saya serius-“
“Suit!!” terdengar siulan seseorang, kami berdua menoleh.
“Hoy! Jangan asik sendiri! Kalian mesra sekali, sampai lupa sekitar” Itu suara Zack, setengah mengeluh, setengah menggoda, sengaja benar menatap jail kami yang sedang dalam posisi aneh ini, dengan cepat kami berdua menjauhkan diri, aku merasa salah tingkah.
“Sudahlah Zack, kerjakan saja tugasmu dan pergi” teriakku, menyeringai, Zack bersungut-sungut.
“Kejam sekali, dasar orang yang sedang jatuh cinta, kalau begitu aku pergi dulu, dan, HATI-HATI DENGANNYA YA DOKTER AKIRA! LILY ITU SEBENARNYA SEORANG NENEK SIHIR!!!” sebelum aku menyadari arti perkataannya, dia sudah berlari, di sebelahku Akira tertawa keras.
“Awas saja kau Zack! Dan, ngapain kau tertawa?!” aku menoleh, menatap garang Akira, dia demi melihat tatapan garangku, berusaha menahan tawa.
“Gomen, tenang saja, walaupun tiba-tiba kamu berubah menjadi monster berkepala tiga, saya tetap akan mencintaimu” dia mengedip padaku, kemudian tertawa lagi.
Aku akhirnya ikut tertawa. Ah, betapa beruntungnya aku memilikinya, tak seharusnya aku khawatir karena ia jarang berucap ‘Aku mencintaimu’ ataupun tak mau menciumku, dia adalah segala-galanya, selalu ada cara terbaik untuk menyatakan cinta.


***

0 komentar:

Posting Komentar